Jumat, 22 Mei 2009

MUSIBAH C 130 HERCULES

C 130 Hercules TNI AU


Tanggal 20 Mei 2009 merupakan hari yang sangat menyedihkan bagi Tentara Republik Indonesia, khususnya TNI AU karena untuk kesekian kalinya setelah sebelumnya F 27 Fokker jatuh di salah satu atap hangar Lanud Husein Sastranegara Bandung dan menewaskan 24 prajurit terbaik Paskhas, kecelakaan kembali terjadi pesawat angkut militer Lockheed C 130 Hercules TNI AU jatuh menghancurkan beberapa rumah penduduk lalu hancur dan terbakar di desa Geplak, Karas – Magetan Jawa Timur hanya beberapa kilometer dari Lanud Iswahyudi. Kecelakaan itu menyebabkan meninggalnya 100 orang lebih seorang Perwira Tinggi ikut gugur dalam kecelakaan ini, beberapa Perwira Menengah, Bintara, Tamtama dan warga sipil ikut menjadi korban. Para Petinggi Negara Presiden, Menham, Panglima TNI dan KSAU termasuk DPR RI komisi I cuci tangan dan saling menyalahkan, mulai dari masalah anggaran sampai dengan perawatan pesawat diperdebatkan di media massa.


Memang sangat ironis dan memprihatinkan, begitu banyak prajurit TNI yang gugur bukan karena bertempur mempertahankan NKRI yang kita cintai, tetapi kecelakaan yang seharusnya tidak perlu terjadi dan dapat dicegah. Saat ini sudah tidak diperlukan perdebatan, karena yang mendengar sudah bosan, setiap terjadi kecelakaan di lingkungan TNI maka selalu ramai diperdebatkan dan menjadi komoditas para politisi untuk tampil.sedangkan hasilnya nihil alias nol besar.


Yang diperlukan saat ini adalah langkah nyata baik dari pemerintah maupun dari DPR RI khususnya Komisi I jangan biarkan prajurit kita tewas dengan sia-sia, bila memang diperlukan penggantian alut sista baru ya segera diganti, prajurit kita di lapangan tidak mempersoalkan dari mana asal pengadaan peralatan itu, dari luar negeri atau dari dalam negeri yang penting dapat digunakan secara optimal dan tepat guna serta aman. Bagaimana tindakan nyata untuk peningkatan pendidikan dan pelatihan serta fasilitas pendukungnya, juga bagaimana tindakan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit, karena merekalah yang justru berada di garis paling depan untuk mempertahankan NKRI dengan meninggalkan keluarga mereka di rumah, sementara kita dan para politisi sedang bercengkrama dengan keluaga masing-masing dan mungkin ada yang sedang bersidang, berdebat seolah-olah sedang memikirkan nasib prajurit.


Untuk melengkapi gambaran tentang C 130 Hercules berikut artikel mengenai pesawat tersebut yang kami sadur dari Wikipedia Indonesia


Lockheed C-130 Hercules adalah sebuah pesawat terbang bermesin empat turboprop yang bertugas sebagai pengangkat udara taktikal utama untuk pasukan militer di banyak bagian dunia. Mampu mendarat dan lepas landas dari runway yang pendek atau tidak disiapkan, awalnya dia adalah sebuah pengangkut tentara dan pesawat kargo yang sekarang ini juga digunakan untuk berbagai macam peran, termasuk infantri airborne, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara. Sekarang ini ada lebih dari 40 model Hercules, termasuk beberapa kapal senapan, dan juga digunakan di lebih dari 50 negara. Melayani lebih dari 50 tahun, keluarga C-130 telah menciptakan rekor yang bagus untuk kehandalan dan daya tahannya, berpartisipasi dalam militer, sipil, dan bantuan kemanusiaan.


Keluarga C-139 memiliki sejarah produksi yang paling panjang dari seluruh pesawat militer. Yang pertama prototipe YC-130 terbang pada 23 Agustus 1954 dari pabrik Lockheed di Burbank, California, Amerika Serikat. Pesawater tersebut dipiloti oleh Stanley Beltz dan Roy Wimmer. Setelah kedua prototipe selesai, produksi dipindahkan ke Marietta, Georgia, di mana lebih dari 2.000 C-130 dibuat.
C 130 Hercules

Kejadian yang melibatkan C-130 Hercules
Pada 20 Mei 2009, Hercules TNI AU jatuh di desa Nggeplak, Kecamatan Karas, Magetan, Jawa Timur
Pada 17 Agustus 1988 Muhammad Zia-ul-Haq, Presiden Pakistan sejak 1978, tewas , ketika C-130 yang dia tumpangi jatuh setelah lepas landas. Duta Besar dan Jenderal Amerika Serikat pada waktu itu juga turut meninggal, bersama dengan orang lainnya yang berada dalam pesawat tersebut.
Hercules TNI AU jatuh di daerah Condet Jakarta, menewaskan 133 prajurit Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU dan 2 warga sipil. Tragedi di Condet terjadi pada 5 Oktober 1991 dalam perayaan HUT ABRI ke 46.
Ketika Sri Sultan Hamengkubuwono IX wafat, jenazahnya diaterbangkan dari Washington DC, AS ke Indonesia dengan menggunakan pesawat Hercules
Pendaratan Hercules pertama dikapal induk (KC-130F/Tanker) terjadi pada tanggal 30 Oktober 1963. Di Kapal Induk USS Forrestal (CVA-59). Diawaki oleh Letnan James H. Flatey III, LtCdr. WW Stovall, ADR-1 EF Brennan dan test pilot Lockheed Ted Limmer, Jr.
Atas pembebasan pilot Allen Pope Presiden RI Soekarno ditawari Presiden AS John F. Kennedy hadiah. Sebagai hadiahnya Soekarno meminta untuk ditunjukan wujud pesawat hercules yang masih baru pada saat itu. Alhasil Indonesia menjadi pengguna pertama C130 B diluar AS pada 1960. Kesepuluh pesawat C130B (termasuk dua varian tanker KC 130B) ini menjadi embrio lahirnya Skadron Angkut Berat Jarak Jauh TNI AU.


Varian L-100:
L-100 (sekelas C-130E)
L-100-20 (badan pesawat diperpanjang 8,3 kaki)
L-100-30 (badan pesawat diperpanjang 15 kaki, merupakan versi terlaris)
L-100J (dibatalkan)





HARGA PESAWAT MILITER

Berikut ini merupakan harga pesawat tempur, pesawat pengangkut, pesawat pengintai, pembom, helikopter, dll. yang disadur dan di-rupiah-kan dalam kurs $1.00 = Rp. 10.000

No Jenis Tahun Harga (Rupiah)
1 A-6E Intruder 1988 Rp 555.000.000.000
2 AH-1 HueyCobra 1995 Rp 112.750.000.000
3 AH-64A Apache 1994 Rp 167.600.000.000
4 AH-64D Longbow Rp 152.000.000.000
5 B-1B Lancer Rp 1.780.000.000.000
6 B-2 Spirit 1993 Rp 8.752.500.000.000
7 B-52 Stratofortress 1961 Rp 54.000.000.000
8 BAe Hawk 1996 Rp 150.000.000.000
9 Boeing 767 AWACS 1997 Rp 5.000.000.000.000
10 C-141B Starlifter Rp 4.000.000.000.000
11 C-17 Globemaster 1998 Rp 2.410.000.000.000
12 C-5B Galaxy 1987 Rp 922.500.000.000
13 Dassault Mirage 2000 1997 Rp 350.000.000.000
14 Dassault Mirage 50 Rp 77.500.000.000
15 Hercules MC-130H 1990 Rp 846.000.000.000
16 HH-60H/HH-60J Jayhawk 1994 Rp 151.000.000.000
17 CH-46 Sea Knight 1987 Rp 60.000.000.000
18 CH-47 Chinook 1994 Rp 282.500.000.000
19 CH-53E Super Stallion 1994 Rp 282.500.000.000
20 JSF USAF Version Rp 280.000.000.000
21 JSF USMC Version Rp 320.000.000.000
22 JSF USN Version Rp 350.000.000.000
23 KC-135 Stratotanker Rp 205.000.000.000
24 L-39 Albatros 2000 Rp 40.000.000.000
25 L-159 ALCA 2000 Rp 120.000.000.000
26 MH-53E Sea Dragon 1994 Rp 282.500.000.000
27 MIG-23/MIG-27 Flogger 1996 Rp 150.000.000.000
28 MIG-29 Fulcrum 1997 Rp 155.000.000.000
29 MIG-29 Fulcrum 1997 Rp 310.000.000.000
30 MIG-31 Foxhound 1997 Rp 600.000.000.000
31 P-3 Orion 1987 Rp 504.000.000.000
32 Panavia Tornado ECR 1997 Rp 380.000.000.000
33 Panavia Tornado IDS 1997 Rp 330.000.000.000
34 RAH-66 Commanche 1995 Rp 130.000.000.000
35 SAAB JAS-39 Grippen Rp 257.500.000.000
36 Sea Harrier (1988) 1988 Rp 140.000.000.000
37 Sea Harrier (1991) 1991 Rp 180.000.000.000
38 SEPECAT Jaguar 1997 Rp 165.000.000.000
39 SH-60B Seahawk 1994 Rp 308.100.000.000
40 SH-60F Ocean Hawk 1993 Rp 228.600.000.000
41 SU-24 Fencer 1997 Rp 250.000.000.000
42 SU-25 Frogfoot 1997 Rp 155.000.000.000
43 SU-27 Flanker 1997 Rp 300.000.000.000
44 SU-30 Flanker 1999 Rp 300.000.000.000
45 SU-32FN 1997 Rp 360.000.000.000
46 UH-60P Blackhawk 1997 Rp 82.600.000.000
47 V-22 Osprey Rp 325.000.000.000
48 YAK-141 1997 Rp 470.000.000.000
49 YAK-38 1996 Rp 185.000.000.000

Sumber : http://www.aeronautics.ru/nws002/military_aircraft_prices.htm

AMBALAT BLOCK

Maret 2005 ditandai dengan suatu pertikaian perebutan Ambalat Block di wilayah perairan Kalimantan Timur antara Indonesia dengan Malaysia. Pertikaian ini diawali dengan adanya kontrak antara perusahaan minyak Malaysia Petronas dengan pihak Shell dari Amerika Serikat. Pemerintah Indonesia beranggapan bahwa kontrak tersebut tidak sah karena Ambalat Block merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah Indonesia telah menyampaikan protes resmi kepada pemerintah Malaysia.

Merasa nota protesnya tidak ditanggapi oleh pemerintah Malaysia, pemerintah Indonesia mengirimkan beberapa kapal perang TNI-AL dari Gugus Tempur Laut Armada Timur kekawasan perairan sekitar Ambalat Block untuk melakukan tugas patroli dan untuk menghalau kapal-kapal perang Tentara Laut Diraja Malaysia. Sementara itu kedua pihak menyatakan setuju agar pertikaian tersebut diselesaikan secara diplomasi.

Apa yang dapat ditarik dari kasus ini dari sudut pandang pertahanan negara? Suatu fakta bahwa sebagai sebuah Negara kepulauan yang besar, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memerlukan kehadiran Angkatan Bersenjata yang kuat, yang mampu mengamankan wilayah kedaulatannya baik di darat, laut maupun udara. Kuat tidak saja didukung oleh jumlah personil yang besar, tetapi juga dengan sistem peralatan system kesenjataan yang memadai dan mengadopsi teknologi mutakhir.

Dalam kasus Ambalat Block, terlihat bahwa diperlukan adanya kekuatan kapal-kapal TNI-AL, khususnya Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang siap operasi dan sistem persenjataan yang moderen dan berteknologi mutakhir. Dengan kata lain, diperlukan suatu Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang mampu menjaga dan memelihara kedaulatan NKRI secara utuh di segala penjuru perairan teritorialnya.

Lemahnya kekuatan pertahanan sebuah Negara akan sangat berpengaruh kepada kewibawaan Negara itu sendiri didalam pergaulan internasional. Dan ini akan sangat berpengaruh dalam berdiplomasi.

Beberapa hal yang perlu di kaji mengenai kekuatan pertahanan Negara, antara lain;

- Kesiapan patroli laut maupun patroli udara maritim disekitar Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Akan diperlukan jumlah kapal patroli dalam jumlah yang memadai, baik yang operasional maupun kekuatan cadangannya, serta pesawat udara patroli maritim. Didukung dengan sarana Komando, Kendali, Komunikasi dan Intelijen yang moderen.

- Perkuatan kepada kekuatan TNI-AL. Terutama pada Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT). Baik berupa penambahan Alut Sista dari luar dan dalam negeri, kesiapan personel, dan dukungan perlatan pembantu lainnya. Termasuk didalamnya kekuatan pasukan Korps Marinir TNI-AL.

- Kemampuan dukungan Industri Bahari. Sebagai sebuah Negara kepulauan yang sangat luas dewasa ini hanya memiliki satu industri strategis perkapalan yang memadai, yaitu PT. PAL Indonesia yang secara spesifik memproduksi kapal versi militer.

- Yang tidak kalah pentingnya dalah kehadiran kemampuan intelijen strategis dalam pengawasan teritorial perairan dalam hal ini pesawat-pesawat pengintai maritim (Maritime Patrol Aircraft/MPA).

- Manajemen pengadaan Alut Sista yang memadai serta sistem Logistik yang mampu menghasilkan prioritasisasi kebutuhan secara cermat dan efisien sesuai lima asas logistik dari tahap perencanaan sampai tahap penghapusan, berikut standarisasi Bekal Pokok (BP) Logistik yang seharusnya untuk mampu mendukung SSAT yang dioperasikan. Hal ini menjadi penting mengingat jumlah alokasi yang dapat diberikan oleh Negara untuk belanja pertahanan adalah sangat terbatas.

- Koordinasi antar lembaga dalam pengamanan dan pemeliharaan kedaulatan perairan territorial NKRI, baik kerjasama antar angkatan maupun dengan instansi samping seperti patroli Kepolisian Perairan, Bea dan Cukai, Departemen Kelautan dan Perikanan, maupun patroli Angkatan Udara dalam hal Patroli Maritim. Sesungguhnya Pemerintah Indonesia telah memiliki suatu organisasi untuk keamanan di Laut yaitu Badan Koordsinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), namun saat ini masih belum terdengar gaung prestasinya.

- Peningkatan kemampuan industri sistem persenjataan di dalam negeri untuk dapat mengurangi ketergantungan pasokan dari luar negeri.

Hal-hal tersebut diatas bukannya tidak pernah terpikirkan, bahkan sudah beberapa kali dijajaki, tetapi masih sulit untuk direalisasikan.

1. Kesiapan patroli disekitar ALKI, sudah dilakukan oleh TNI-AL dengan segala keterbatasan dukungan peralatannya. Hasilnya antara lain dengan ditangkapnya beberapa kapal penyelundup dan pencuri ikan. Tetapi masih diperlukan penambahan kapal-kapal patroli cepat guna dapat mengimbangi keunggulan kapal-kapal yang melakukan pelanggaran di laut.

2. Perkuatan kekuatan TNI-AL masih terkendala dengan keterbatasan anggaran belanja sektor pertahanan yang dialokasikan oleh pemerintah.

3. Kemampuan Industri Strategis Dalam Negeri. Belum diketahui dimana kendalanya. Namun sudah dilakukan upaya-upaya oleh kalangan terkait yang juga melibatkan kemampuan Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) TNI-AL untuk juga mampu berproduksi, seperti KAL-34/-35.

4. Manajemen pengadaan Alut Sista dan Sistem Logistik yang masih memerlukan beberapa upaya perbaikan/penyempurnaan.

5. Koordinasi antara lembaga memerlukan suatu wadah tersendiri serta piranti lunak yang baku. Hal ini pernah didiskusikan diantaranya dalam Seminar National Air Power 2003 pada 10-11 Desember 2003 di Halim Perdanakusumah, Jakarta. Dimana pada kesempatan itu juga disinggung kiprah dari Bakorkamla.

6. Peningkatan kemampuan dan pembinaan Industri Strategis Nasional tengah diupayakan dengan diadakannya diskusi meja bundar (Round Table Discussion) pada tanggal 26 Januari 2005 di Jakarta (Kompas, 27 Januari 2005), dan juga diungkapkan oleh Panglima TNI pada Rapat Dengar pendapat dengan Komisi-1 DPR pada tanggal 28 Pebruari 2005. Namun saat ini gaung kelanjutan dari Round Table Discussion ini masih belum terdengar.

7. Dan masih banyak upaya-upaya lain yang dilakukan dan tidak diketahui umum.

NKRI dengan kawasan laut dan wilayah udara yang sangat luas, untuk menjaganya akan memerlukan dukungan peralatan dan personel yang sangat besar. Untuk wilayah perairan, karena kawasan nusantara terdiri dari banyak pulau maka dibagi menjadi tiga alur laut utama yang dikenal dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia atau ALKI.

ALKI I. Meliputi kawasan Selat Karimata, Laut Jawa dan Selat Sunda.

ALKI II. Meliputi kawasan Laut Sulawesi, Selat Makasar, Laut Jawa dan Selat Bali.

ALKI III Meliputi kawasan Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda, Laut Flores dan Laut Sawu.

Maka untuk efisiensinya, pengawasan tidak saja dilakukan dengan kapal-kapal Angkatan Laut (KRI - Kapal perang Republik Indonesia) tetapi juga dengan dukungan pesawat udara patroli maritim.

Alur-alur laut kawasan nudantara juga merupakan alur yang sangat strategis bagi alur pelayaran komersial internasional maka kawasan perairan nusantara ini dalam pelayaran internasional masuk dalam kategori SLOC (Sea Lane Of Communication). Dengan demikian maka pemeliharaan keamanan yang menjadi tanggung jawab TNI-AL akan semakin berat karena juga akan menyangkut kepentingan internasional.

Posisi geografis Indonesia yang berada di SLOC internasional akan sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian dan tidak tertutup akan berimplikasi kepada siktuasi politik kawasan. Maka tidak berlebihan apabila keberadaan Angkatan Laut yang kuat menjadi suatu keharusan bagi pengamanan wilayah perairan nusantara. Kebutuhan keberadaan Angkatan Laut yang kuat ini tidak saja diperlukan untuk menghadapi perang, tetapi juga pada masa damai guna menghadapi pelanggaran-pelanggaran hokum di laut serta memelihara kewibawaan Negara sebagai Negara kepulauan atau Negara maritim.

Kiranya tidak berlebihan bila masyarakat pada suatu saat akan mendambakan kehadiran kekuatan pertahanan laut yang kuat sehingga tidak saja mempertinggi kewibawaan nasional tetapi juga kekayaan alam juga dapat dijaga dengan baik.

Redaksi Militerium http://militerium.com/navy/ambalat-block.html

PERKEMBANGAN SENAPAN SERBU


Senapan Serbu masa depan, model semakin futuristic, secara umum caliber dipertahankan, banyak pengembangan pada jenis amunisinya. Angkatan Bersenjata Amerika Serikat masih terus berupaya keras untuk memperoleh jenis senapan serbu terbarunya. Proyek ACR (Advanced Combat Rifle) yang usianya sudah hampir 20 tahun masih belum mencapai finalnya. Pasukan AS di Iraq masih turun gelanggang dengan senapan serbu M-16 dengan versi A4.

Beberapa versi terbaru senapan serbu masih bertahan pada caliber 5.56 x 45mm NATO. Beberapa versi experimental senapan serbu diperkenalkan seperti XM29, XM8, dan sebagainya. Bentuk beberapa senapan serbu baru ini banyak yang hampir menyerupai senapan dalam film Startrex.

Selain masih banyak yang mengadopsi mekanisme konvensional, banyak juga yang mengadopsi system Bullet Puppy (Bulpup).

Pabrik Heckler & Koch yang kini memiliki sarana produksi di Amerika Serikat merupakan pengembang senapan serbu XM-29 SABR/OICM. Dalam satu senapan serbu ini memiliki dua caliber dengan dua laras. Kaliber 5.56 x 45mm NATO pada bagian bawah dan, caliber 20 x 85mm pada laras bagian atas. Amunisi caliber 5.56mm yang menggunakan system kinetic energy, dengan bentuk proyektil yang unik.

Amunisi caliber 20mm yang dapat ditembakkan termasuk dari jenis anti-armour dengan hulu shaped-charge yang sangat efektif untuk menghadapi target kendaraan lapis baja serta berbagai target keras.

Versi dasar XM-29 memiliki panjang keseluruhan 890mm, panjang laras 250mm untuk Kinetic Energy 5.56mm dan panjang 460mm untuk caliber 20mm. Beraksi dengan system operasi gas (5.56mm rotating bolt). Bobot kosong 5.5 kg, bobot isi 6,8 kg. Dilengkapi dengan megasen caliber 5.56 mm berisi 30 butir, dan caliber 20mm berisi enam butir. Unuk mekanisme caliber 5,56mm diambil dari system yang diterapkan pada senapan serbu Heckler & Koch jenis G36.

Rancangan, untuk caliber 5,56mm amunisi terletak didepan trigger dan untuk megasen caliber 20mm berada dibelakang hand grip trigger (bulpup). Trigger hanya satu buah dimana untuk pemilihan penembakan caliber 5,56mm aau 20mm dilakukan dengan selector khusus. Laras untuk caliber 20mm dibuat dari bahan titanium.

Senapan ini dilengkapi dengan alat bidik khusus berupa video camera 6x serta laser range finder, alat bidik menjadi satu dengan perangkat computer pengendali penembakan.

Heckler & Koch (HK) juga telah meluncurkan senapan serbu jenis G11 yang bentuknya juga sangat futuristic dan lebih sederhana. G11 dikembangkan untuk menembakkan amunisi tanpa selongsong (caseless ammunition) caliber 4,7mm. Mekanisme aksi menggunakan system gas operated, rotating breech. Memiliki panjang keseluruhan 750mm dengan panjang laras 540mm, berat kosong 3,6 kg. Megasen amunisi berisi 45 atau 50 butir.

G11 mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang direncanakan untuk menggantikan senapan serbu jenis G3 dengan senapan serbu yang lebih ringan. Dalam perjalanan panjang pengujiannya, G11 mengalami beberapa kali penyempurnaan. Sampai tahun 1989 diperoleh varian G11K2 dengan nilai rata-rata 50 persen diatas kemampuan G3. Pada tahun 1990 HK telah menyerahkan 1.000 pucuk G11K2 kepada Bundeswehr, namun dengan beberapa alas an program G11 dibatalkan oleh pemerintah Jerman. G11 ini juga pernah masuk dalam percobaan program ACR Angkatan Bersenjata Amerika Serikat pada tahun 1990.

HK G36. merupakan senapan serbu jenis popor lipat keluaran HK denghak caliber 5,56 x 45 mm (.223 Remington). Dikeluarkan dalam tiga versi utama, G36 dengan panjang keseluruhan - popor terbuka 998mm, G36K dengan panjang keseluruhan 860mm, dan G36C versi Komando dengan panjang kesluruhan 720mm. Dilengkapi dengan megasen berkapasitas 30 butir peluru.

Proyek G36 dimulai pada awal tahun 1990 setelah dibatalkannya program G11 dan G41, dikenal sebagai proyek HK-50.

G36 juga dapat dilengkapi dengan pelontar granat caliber 40mm yang dipasang dibawah bagian laras. Juga dapat dilengkapi dengan bayonet (menggunakan bayonet jenis yang digunakan pada senapan serbu AK-74). Kemampuan penembakan rata-rata 750 butir peluru per menit.

QBZ-95 dari China. Industri persenjataan China tidak mau ketinggalan dalam menciptakan versi senapan serbu moderen. Mereka mengeluarkan type QBZ-95 dengan system Bullpup dengan caliber 5,8 x 42mm (5,56 x 45mm NATO). Beroperasi dengan system gas operated, rotating bolt. Memiliki panjang keseluruhan 760mm dengan panjang laras 520mm. Berat kosong 3,4 kg, dilengkapi dengan megasen isi 30 butir peluru, kemampuan penembakan rata-rata lebih dari 650 butir peluru per menit.

Pengembangan QBZ-95 diawali dengan pengembangan amunisi caliber 5,8 x 42mm yang dikenal sebagai DBP87 pada akhir decade 1980-an. Amunisi caliber baru ini dinyatakan lebih unggul dibandingkan dengan caliber 5,56 x 45mm NATO atau caliber 5,54mm Soviet. Amunisi ini memiliki kecepatan laras (muzzle velocity) sekitar 930 meter per detik dengan berat amunisi 4,26 gram.

Setelah sukses dengan pengembangan amunisi tersebut barulah di jalankan program pengembangan senapan serbu QBZ-95 (Qing Buqiang Zu/Light Rifle 1995), pertama kali dipertontonkan oleh Tentara Rakyat China pada tahun 1997, saat pengambil-alihan Hong Kong. Versi ekspor untuk senapan serbu ini diberi kode QBZ-97 dengan kamar peluru caliber 5,56 x 45mm NATO.

FN SCAR - Special Forces Combat Assault Rifle, dikembangkan bersama oleh pihak Amerika Serikat dan Belgia. Dibuat dalam dua versi; SCAR-L (Light) caliber 5,56 x 45mm NATO dan, SCAR-H (Heavy) caliber 7,62 x 51mm NATO (versi dasar) dan 7,62 x 39mm M43. Versi L memiliki panjang keseluruhan 850mm (berat kosong 3,5 kg), sedangkan versi H memiliki panjang keseluruhan 997mm (berat kosong 3,86 kg). Keduanya memiliki kecepatan penembakan rata-rata 600 peluru per menit. Kapasitas magasen untuk versi L adalah 30 butir peluru, serta versi H 7,62x51 NATO 20 butir peluru dan 7,62x39 M43 30 butir peluru.

SCAR merupakan kependekan dari SOF Combat Assault Rifle, mulai diperkenalkan sebagai pemenang perancangan senapan serbu bagi unit pasukan khusus AS pada akhir tahun 2004. Senapan ini diproduksi di Amerika Serikat oleh anak perusahaan Fabrique Nationale Herstal dari Belgia.

SCAR dilengkapi dengan alat bidik logam yang dapat dilepas dengan folding diopter- type rear sight pada receiver rail, dan folding front sight pada unit gas block. Alat bidik tambahan dapat melengkapi senapan ini dengan kedudukan standar MIL-STD 1913. Sementara ini untuk prototype SCAR tidak dilengkapi dengan kedudukan bayonet.

XM-8 dari Amerika Serikat. Senapan serbu experiment XM-8 mulai dikembangkan oleh Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 2002 dengan diberikannya kontrak kepada industri Alliant Techsystems Co. untuk mempelajari kemungkinan pengembangan system kinetic energy sebagai bagian dari proyek senapan eksperimen XM29 OICW, untuk menggantikan senapan serbu jenis M16A2 dan M4A1. Senapan XM-8 sendiri dikembangkan oleh pihak Heckler & Koch (HK) USA, sebagai anak perusahaan HK Jerman. Menurut rencana senapan XM8 akan diproduksi secara penuh pada tahun 2005 ini.

Apabila program XM8 ini disetujui secara penuh maka senapan jenis carbine ini akan disebut sebagai M8. Menggunakan amunisi caliber 5,56 x 45mm NATO. Amunisi yang digunakan merupakan jenis baru dengan menggunakan selongsong dari bahan komposit (dasar selongsong dari bahan kuningan dan dindingnya dari bahan polymer) sehingga bobotnya akan lebih ringan dari pada jenis konvensional. Menurut perkiraan, bobot XM8 ini akan lebih ringan sekitar 20 persen dibandingkan dengan M4A1.

XM8 memiliki system kinetic energy yang sama dengan XM29 OICW. Memiliki popor dengan system telescopic dari bahan plastic. Senapan ini sudah melalui pengetesan yang intensif oleh pihak Angkatan Darat Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2004 yang lalu. Namun menurut berita terakhir (September 2005) pihak AD-AS telah membuka kesempatan kepada pihak Industri lain untuk memproduksi senapan serbu ini karena penawaran yang diberikan oleh pihak HK USA dinilai terlalu mahal.

Secara umum XM8 merupakan derivative dari senapan serbu HK G36. Pada XM8 memiliki short piston stroke. Larasnya juga mudah diganti dengan berbagai ukuran panjang - 229mm untuk versi Compact/PDW, 318mm untuk versi standar, dan 508mm untuk versi senapan runduk dan versi senapan regu dengan bipod.

KONSEP AICW dari AUSTRALIA. Angkatan bersenjata Australia mengembangkan konsep pengembangan AICW (Advanced Infantry Combat Weapon) dari versi Steyr AUG dengan sebutan AICW VX3. Prototype senapan serbu ini telah mengalami pengetesan pada musim panas tahun 2005 ini.

VX3 memili dua laras, pada bagian atas sebagai pelontar granat caliber 40mm dan pada bagian bawah laras senapan caliber 5,56 x 45mm NATO. Metoda aksi yang diterapkan adalah Gas operated, rotating bolt ditambah Metal Storm patended stacked-projectile caseless. Memiliki panjang keseluruhan 738mm dengan berat kosong sekitar 6,48 kg.

Kecepatan penembakan rata-rata (5,56mm) sekitar 650 butir peluru per menit. Megasen isi 30 butir peluru (5,56mm) dan tiga butir granat caliber 40mm.

Saat ini AICW VX3 yang ada barulah versi 3rd generation technology demonstrator. Direncanakan Kementrian Pertahanan Australia akan mulai memesan VX3 ini sekitar tahun 2010-2013.

SS-2 dari PINDAD. Sementara industri senapan serbu Indonesia PT. PINDAD terakhir ini telah meluncurkan senapan serbu versi terbaru dengan nama SS-2 yang sebagian sudah diserahkan kepada Angkatan Darat. Bentuk senapan serbu SS-2 tidak jauh berbeda dari jenis pendahulunya SS-1, namun menurut berita yang diterima redaksi SS-2 memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan versi SS-1.

(Sumber : Redaksi/MAH, http://militerium.com/army/perkembangan-senapan-serbu.html

Kamis, 30 April 2009

MARINIR AS TERJANGKIT FLU BABI


California - Sekitar 30 Marinir AS di markas militer California Selatan dikarantina. Mereka dikarantina setelah seorang personel Marinir dipastikan terjangkit virus flu babi (swine flu).

Mereka semua ditempatkan di Twentynine Palms Marine Corps Air Ground Combat Center, markas militer terbesar di AS dengan sekitar 8 ribu personel yang aktif bertugas. Markas militer tersebut terletak di gurun pasir California.

untuk tindakan pencegahan gunakan masker

Personel Marinir yang mengidap flu babi tersebut merupakan personel militer pertama di AS yang telah terjangkit virus H1N1. Pria itu saat ini sedang dirawat di markas tersebut dan akan terus diisolasi di baraknya.

"Dia baik-baik saja dan kondisinya terus membaik," demikian statemen markas militer seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (30/4/2009).

Sekitar 30 personel Marinir lainnya yang telah melakukan kontak dengannya saat ini sedang dikarantina. Mereka akan diizinkan kembali bertugas setelah lima hari jika mereka tidak menunjukkan gejala-gejala mirip flu.

Komandan Korps Marinir AS Jenderal James Conway mengatakan, personel Marinir yang sakit flu babi tersebut belum pernah ke Meksiko, negara sumber wabah flu babi.(detik News)

Dua markas Marinir lainnya di California Selatan, Camp Pendleton dan Marine Corps Air Station Miramar, melaporkan tak ada kasus dugaan flu babi. ( detik News )

(ita/iy)

Senin, 27 April 2009

AROGANSI TENTARA DIRAJA MALAYSIA


Ulah dan arogansi Tentara Diraja Malaysia (TDM) melanggar batas wilayah NKRI sudah sangat keterlaluan , mengutip Jawa Pos 28/4 berdasarkan laporan yang diterima Markas Besar TNI dalam 3 – 4 bulan terakhir sudah beberapa kali Tentara Diraja Malaysia melanggar wilayah di perairan Ambalat – Kalimantan Timur.”Enam sasaran sudah tertangkap“ ungkap Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsekal Muda (Marsda) TNI Drajad Rahardjo di Tarakan kemarin ( 27/4)


Reaksi TNI terhadap provokasi TDM dengan mengerahkan armada tempur dalam bingkai latihan perang adalah hal yang benar dan pasti seluruh rakyat Indonesia mendukung, tidak ada satupun rakyat Indonesia yang rela negaranya dilecehkan. Selanjutnya Pangkohanudnas menegaskan “ Mereka (Malaysia) sering melanggar wilayah kita, Ya, kini kita memberi balasan. Bisa dikatakan ini sifatnya peringatan buat Malaysia” Pelanggaran itu, tambah dia, terdekteksi dari pantauan radar TNI, baik pesawat maupun kapal Malaysia kerap mondar mandir di sekitar Ambalat.

Sebelumnya empat pesawat tempur TNI-AU Hawk 100 dan Hawk-200 dengan didukung satu Helikopter Superpuma telah tiba di Tarakan, dengan misi mendukung Operasi Udara Ambalat hingga sepekan. Operasi ini melibatkan 150 personil dari berbagai satuan, diantaranya Lanud Balikpapan, Satuan Radar 225 Tarakan dan Skadron Udara I Pontianak.

Minggu, 26 April 2009

OPERASI UDARA AMBALAT

Kawasan Ambalat harus kita jaga, jangan sejengkal tanah atau perairan yang jatuh ketangan Negara lain, NKRI harus kita pertahankan, misi itu yang mendorong TNI-AU mengelar Operasi Udara Ambalat dengan menghadirkan empat pesawat tempur Hawk-100 dan Hawk-200 dari Skuadron Udara I Hawk / Elang Khatulistiwa di Pontianak, yang kemarin 26/4 mendarat di Bandara Juwata Tarakan. Selain keempat pesawat itu, didukung dengan satu helikopter jenis Puma.

Personil pendukung dari Lanud Balikpapan dan personil struktural Satrad ( Satuan Regu Angkatan Udara )
Keempat pesawat tersebut diterbangkan dari pangkalan TNI-AU Supadio Pontianak Kalimantan Barat, sebelum mendarat di Tarakan sempat mengisi bahan baker si Bandara Sepinggan Balikpapan